Keindahan Bolevard Manado kini tergantikan dengan bangunan Mall |
PANTAI Losari kota Makassar dan Pantai
Boulevard kota Manado kini memiliki nasib sama. Yakni telah hilang akibat
tergilas pembangunan dan pengembangan wilayah kota lewat penimbunan atau
reklamasi. Padahal kedua garis pantai ini dulunya merupakan areal publik yang
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menikmati keindahan laut,
yang tentu murah meriah.
Namun sayang, Pantai Losari yang dulunya
dikenal sebagai pantai dengan meja makan terpanjang seluruh dunia karena
puluhan hingga ratusan gerobak penjual makanan berderet rapi digaris pantai
ini. Tapi itu sudah hilang dan tidak terlihat lagi semenjak November 2004
ketika proyek revitalisasi Pantai Losari dimulai.
Demikian pula dengan pantai Boulevard,
yang dulunya tidak pernah sepi dari warga yang menikmati keindahan sunset dan
sunrise, serta keindahan pulau Manado Tua yang berada tepat di sepanjang garis
pantai juga menghilang semenjak
dimulainya reklamasi di tahun 1997. Otomatis saja, pemerintah seakan menjarah
ruangan public dengan menggantikan konsep reklamsi yang tentu hanya
menguntungkan segelintir investor yang jelas-jelas bertujuan bisnis.
Tapi jika diamati, warga kota Makassar
tergolong beruntung jika dibandingkan dengan warga kota Manado. Karena konsep
reklamasi yang terapkan untuk Pantai Losari benar-benar bertujuan untuk
kepentingan publik. Padahal ketika walikota Makassar Malik B. Masry (1994-1999)
mencetuskan konsep masa depan Losari berbagai penolakan bermunculan.
Pantai Losari Makassar yang direklamasi untuk ruangan publik |
Mulai dari masalah sosial tentang nasib
ratusan pedagang yang sekian tahun telah menggantungkan hidup di Pantai Losari
dengan berjualan makanan dan minuman serta mengamen hingga mengemis. Belum lagi
penolakan dari segi lingkungan, karena jelas konsep reklamasi akan mengorbankan
biota laut yang ada di sepanjang pantai tersebut.
Namun Masry tetap berupaya untuk
meyangkinkan warganya, bahkan dirinya melibatkan langsung masyarakat kota
Makassar untuk ikut mendesain konsep reklamasi dengan melakukan sayembara
penataan pantai Losari yang dianggap lebih modern. “Losari membutuhkan penambahan
space karena harapan masyarakat semakin tinggi untuk memanfaatkan Losari
sebagai public space. Makanya, pemerintah kota Makassar berniat semata-mata
untuk public space, bukan bisnis space,” janji Maula ketika itu yang dikutip
dari www.majalahversi.com.
Dengan demikian, tepat Selasa 9 November
2004, proyek revitalisasi Pantai Losari pun dimulai. Dan kini, apa yang
dijanjikan oleh pemerintah Makassar benar-benar dibuktikan. Dimana reklamasi
Pantai Losari memang untuk ruangan publik bagi masyarakat kota Makassar dari
berbagai elemen. Ditandai dengan pembangunan anjungan serta huruf-huruf ukuran
dua meter bertengger kokoh di bibir anjungan dengan tulisan “Pantai Losari”.
Pantai Losari yang tidak pernah sepi dari masyarakat bersantai |
Lokasi ini sendiri tidak pernah sepi
dari masyarakat, terutama menjelang matahari terbenam. Bukan hanya warga kota
Makassar namun pantai Losari kini menjadi salah satu lokasi tujuan wisata bagi
masyarakat yang mengunjungi kota ini dan ini tentu menghidupi ratusan penjual
makanan yang dulunya mendiami garis pantai Losari.
Lalu bagaimana dengan pantai Bolevard
yang kini telah tergantikan dengan gedung mall? Jelas jika dibandingkan dengan
peruntukan reklamasi pantai Losari, maka konsep reklamasi pantai Boulevard
benar-benar telah merampas ruangan publik masyarakat kota Manado. Karena kini masyarakat
tidak dapat lagi menikmati keindahan pantai semenjak sejumlah pengembang telah
mengkapling lokasi yang ada di sepanjang garis pantai tersebut untuk ditimbun.
Kini Bolevard hanya milik pengusaha, bukan lagi masyarakat umum |
Yang lebih memiriskan lagi, pihak
kepolisian begitu gencarnya melakukan rasia terhadap warga yang mencoba untuk
menikmati “sisa-sisa” keindahan pantai Boulevard di belakang gedung-gedung mall
yang menghadap pantai. Tentu ini sangatlah tidak adil, karena jelas masyarakat
membutuhkan ruangan publik, apalagi kota Manado yang kini menjadi kota berkembang
dan pusat Sulawesi Utara yang tentu sangat membutuhkan ruangan publik.
Sangat jelas jika pantai Boulevard yang
dulunya milik masyarakat kini telah dijadikan lahan bisnis space. Yang tentu sangat-sangat tidak
membawa keuntungan bagi masyarakat, apalagi menikmati konsep reklamasi
tersebut. Malah boleh dikatakan semakin memojokkan masyarakat, terutama
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, karena kini tidak ada lagi lahan
untuk tambatan perahu.
Harusnya pemerintah kota Manado bisa
melakukan kajian, dengan belajar ke pemerintah Makassar yang jauh lebih
mementingkan kepentingan publik daripada bisnis. Karena jelas kepentingan
publik lebih utama daripada kepentingan bisnis yang tentu hanya dinikmati oleh
segelintir orang saja, namun masyarakat hanya bisa menjadi penonton.(*)
Dipublikasikan di http://beritamanado.com/berita-utama/pantai-losari-makassar-vs-boulevard-manado/41423/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar