Danau Tondano dengan pulau Likri |
BERGERAK dari Sekretariat MPA Aesthetica, ditemani rekan-rekan dari organisasi pecinta alam dari FBS UNIMA, kami mulai berjalan membelah kabut pagi menuju danau Tondano meniti jalan setapak yang setiap hari dilalui petani, melewati hamparan kebun jagung dan hutan semak belukar.
Waktu menunjukkan pukul 05.30 Wita
ketika kami sudah sampai dilokasi tujuan, Kampung Paleloan salah satu kampung
dari sekian kampung ada di pinggir danau Tondano, setelah melewati wilayah
kampung Tonsaru. Dari atas salah satu bukit di kapung ini, berlahan mentari
pagi mulai muncul dari balik pegunungan Lembean yang tepat berada di depan
kami, seberang danau.
Seiring munculnya mentari pagi, geliat
kehidupan baru juga dimulai di seputaran danau. Nampak dengan jelas satu
persatu perahu nelayan air tawar mulai mebelah teduhnya air danau untuk
mengecek jaring, petani mulai melangkah lengkap dengan bekal dan alat tempur ke
ladang masing-masing.
Puluhan rumah terapung milik warga yang
membudidayakan ikan jenis tertentu dalam tambak mulai menaburkan makan kedalam jaring-jaring,
memberi kesan keunikan tersendiri. Ibu-ibu rumah tangga melakukan aktifitas di
pinggir danau, mencuci baju, alat-alat dapur hingga mandi. Sebuah rutinatas
hidup yang indah kerena dilakoni secara alami dan bersahaja dengan alam.
Danau yang indah ini sudah sangat
terkenal terletak 600 meter dari permukaan laut dengan dikelilingi daerah
pegunungan yang rata-rata memiliki ketinggian 700 meter sehingga bentuknya
menyerupai sarang burung, dengan luas 4.278 hektar, terletak kurang lebih 36
kilo meter dari kota Manado atau dapat ditempuh dengan kendaraan umum dengan
waktu satu jam lebih.
Danau Tondano menyimpan aneka kekayaan
baik dari segi alamnya maupun segi pariwisata. Danau ini juga adalah danau
terluas di Sulut. Dengan diapit oleh pegunungan Lembean, gunung Kaweng, gunung
Tampusu dan gunung Masarang. Danau ini dilingkari dengan jalan provinsi dan
menghubungkan kota Tondano, Kecamatan Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan
Kakas, Kecamatan Remboken, dan Kecamatan Tondano Selatan. Danau ini merupakan
danau penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, pior atau kabos, payangka
wiko (udang kecil), nike dan lain-lain.
Terdapat pulau kecil bernama Likri
letaknya di depan desa Tandengan kecamatan Eris. Konon danau ini terjadi karena
letusan yang dahsyat karena ada kisah sepasang insan manusia yang berlainan
jenis melanggar larangan orang tua untuk kawin dalam bahasa Minahasa “kaweng”
dengan nekat lari ke hutan, akibat melanggar nasihat orang tua maka meletuslah
kembaran gunung kaweng tersebut sehingga menjadi danau Tondano.
Nelayan di Danau Tondano |
Danau Tondano mempunyai obyek wisata
yang terkenal seperti "Sumaru Endo" Remboken, dan Resort Wisata Bukit
Pinus. Dari tepian danau Tondano tepatnya Toliang Oki, kita dapat melintas
puncak Bukit Lembean dan memandang keindahan Laut Maluku di sebelah timur,
tepatnya kawasan Tondano Pante Kecamatan Kombi.
Walaupun demikian pemerintah setempat
kurang memanfaatkan atau menggali potensi wisata ini dan sampai saat ini
pengunjung hanya sebatas menikamati keindahan danau dengan cara survive dengan
kata lain tanpa penyedian vasilitas penunjang atau mengolah lokasi-lokasi yang
dianggap dapat menarik minat wisatawan.
Belum lagi, tidak adanya pusat-pusat
informasi yang dapat memberikan penjelasan para wisatawan harus kemana jika
ingin menyewa perahu, lokasi-lokasi yang dianggap stratrgis untuk menikmati
alam danau dan sebagainya. Jadi para wisatawan hanya menggali informasi dari
warga setempat untuk memperolah fasilitas tersebut.
Dibandingkan dengan dengan daerah lain
pemerintah setempat betul-betul menggarap potensi wisata alam yang mereka
miliki, seperti danau Toba yang dieksploritasi secara penuh baik dari segi
wisata air hingga budaya diseputaran danau tersebut sehingga tak hanya
pemerintah yang merasakan hasil dari pemasukan wisatawan namun warga setempat
juga turut merasakan.
Para nelayan tak hanya menjalani
rutinitas sehari-hari dengan mencari ikan, namun juga dapar menyewakan perahu
mereka bagi wisatawan yang ingin berwisata air, tak para nelayan para petani
juga seusai dari kebun tentu dapat mempertunjukkan kebudayaan baik dalam bentuk
tari-tarian maupun musik. Jadi masih banyak yang bisa digali dari danau Tondano
dan kedua contoh diatas hanya gambaran umum dan lasim saja. Olahraga jet ski
air juga dapat dihadirkan ditempat ini bahkan melihat kondisi alam yang sangat
menunjang olah raga outbond juga dapat dihadirkan sambil menikmati keindahan
danau Tondano.
Terancam
NAMUN, disisi lain keindahan Danau
Tondano beserta potensi yang tersimpan didalamnya terncam dengan pendangkalan.
Akibat kerusakan lingkungan berupa penebangan liar di kawasan hulu serta
perladangan di bantaran danau.
Perubahan itu dikhawatirkan menyebabkan
danau kering. Padahal danau tersebut sangat vital sebagai sumber air sekaligus
menjadi pusat pembangkit listrik utama yang memasok warga Manado dan
sekitarnya.
Akibat pendangkalan, diperkirakan di
lokasi terdalam hanya berkedalaman sekitar 15 meter, bahkan 20 meter dari tepi
danau kedalaman air hanya sekitar lima meter. Padahal tahun 1934 silam
kedalaman danau itu sekitar 40 meter-berarti dalam setahun terjadi pendangkalan
sekitar 25-30 sentimeter. Bila kerusakan lingkungan tidak dihentikan, tidak
sampai 50 tahun lagi danau ini kering, seperti nasib Danau Limboto di Provinsi
Gorontalo.
Pihak BPLH Sulut menyebutkan, pendangkalan
danau tersebut akibat kerusakan lingkungan, baik di sekitar danau maupun di
bagian hulu. Penebangan liar di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) di 16
sungai di bagian hulu sulit sekali dihentikan. Penebangan liar ini yang
mengikis kawasan hijau menjadi gundul.
Selain itu, eceng gondok dan jaring ikan
atau keramba itu juga potensial karena unsur hara dalam makanan ikan tinggi
sekali sehingga eceng gondok cepat berkembang. Seperti yang dapat dilihat saat
ini, di sejumlah lokasi hamparan eceng gondok menutupi kawasan tepi danau.
Selain itu, jaring-jaring tempat pembibitan dan budidaya ikan milik masyarakat
setempat terlihat di sepanjang sisi danau.
Eceng gondok yang menutupi permukaan
danau serta jaring ikan milik masyarakat ikut memberikan andil juga bagi
pendangkalan danau tersebut. Banyaknya eceng gondok dan jaring ikan itu membuat
tepi danau tidak gampang lagi untuk lokasi berenang.
Menatap teduhnya air danau Tondano
diantara hambaran eceng gondok yang sampai saat ini tak juga terselesaikan.
Berlahan matahari meninggi seiring terus menyebarnya tumbuhan gulma ini
mengerogoto keindahan danau mengikuti arah angin, danau Tondano bagai wajah
dara yang rintu sentuhan polesan agar aura kecantikannnya
memancar.(abinenobm/tj-sk)
dipublikasikan SKH Swara Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar