Keindahan Patai Kora-kora |
“Mo ke kora-kora ngoni ? Bae-bae !
Disana baru ada yang meninggal. ” Peringatakan ini selalu terlontar dari mulut
warga ketika kami menayakan jalan menuju pantai tersebut.
Bahkan dengan tatapan penuh selidik dan
dengan ragu menunjukkan arah menuju pantai Kora-kora, seakan-akan memberikan
isyarat agar kami mengurungkan niat ke lokasi tersebut.
Yosua Noya rekan pecinta alam
dari MPA Aesthetica FBS Unima turut juga meragukan niat kami ketika meminta
informasi kedirinya seraya berpesan “Ndak usah mandi di sana sob,” imbaunya.
Peringatan tersebut kami anggap wajar
mengingat semua media cetak di kota ini memberitakan bahwa 5 pemuda Langowan
tewas tenggelam Kamis (31/7) lalu. Namun rupanya pemberitaan tersebut langsung
dibantah oleh warga yang mendiami pantai Kora-kora.
“Kejadian tersebut bukan di sini (Patai
kora-kora-red) tapi di pantai Parentek yang masih berjarak satu kilo dari
sini,” jelas bapak Spenser seraya menyesalkan pemberitaan tersebut yang
berakibat sepinya pengunjung ke lokasi ini.
Dengan menendarai roda dua saya dan
Rusdianto ‘Boys’ memacu kendaraan 125 cc ini dari Manado menuju ke pantai
Kora-kora yang berada di wilayah Kecamatan Lembean Timur, Minahasa. Dengan
setia, terik matahari menemani melewati jalan menuju pantai pasir putih ini
yang dihiasi dengan tikungan dan tanjakan ditambah lagi dengan sepitnya jalan
dan lubang-lubang.
Namun keletihan sirna ketika sampai
dilokasi pantai ini, pasalnya keindahan pantai ini sangat sulit digambarkan
dengan kata-kata. Bahkan menurut saya, Kora-kora jauh lebih indah dari pantai
lain termasuk pantai Kuta di Bali jika betul-betul di garap menjadi lokasi
wisata.
Senyum penuh persahabatn, serta sikap
ramah yang ditunjukkan bapak Spenser dan ibu Keke menyambut kedatangan kami di
rumah panggung meyerupai resort.
“Kami hanya penjaga disini, sedangkan
yang punya tanah dan rumah ini ada di Jakarta,” jelas keduanya.
Menurutnya rumah megah dari kayu
tersebut bukanlah resort seperti sangkaan kami namun rumah pribadi milik
majikan mereka, begitupun satu unit rumah permanen yang tak jauh dari lokasi
tersebut yang katanya milik seorang pejabat pemerintah di daerah ini.
“Sepanjang pantai Kora-kora ini so ada yang punya semua dan rata-rata pejabat,”
jelas Spenser seraya mengatakan rumah majikannnya kerap dijadikan lokasi suatu
acara santai bagi pejabat pemerintahan.
Mungkin dengan alasan ini sehingga
lokasi nan indah ini tidak pernah menjadi bagian dari pemerintah untuk
menjadikannya lokasi wisata, karena lokasi-lokasi yang strategis untuk
dijadikan lokasi wisata sudah milik pribadi-pribadi.
Namun terlepas dari masalah tersebut,
pantai Kora-kora adalah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih di
sepanjang pinggiran pantai membuat anda sulit untuk melupakan tempat ini,
bahkan mungkin anda tidak akan pernah membayangkan jika selama ini Kora-kora
jauh lebih menajupkan dari pantai yang pernah anda kunjungi. Apalagi untuk
dikunjungi bila ingin menikmati suasana lain di pesisir pantai Timur Minahasa.
Didisamping itu pantai ini mempunyai
nilai sejarah antara lain sebagai tempat berlabuhnya penginjil Ridel dan
Schwarz pembawa misi agama Kristen yang pertama di Minahasa, bahkan disepanjang
pantai masih berdiri kokoh bangker-bangker pertahanan Belanda.
Menurut informasi nama Kora-kora diambil
dari kapal perang milik Belanda yang tenggelam di laut tersebut ketika masih
terjadi pergolakan.
Sayang lokasi ini belum terlalu dikenal,
hal ini ditandai dengan masih dapat dihitung wisatawan yang datang kelokasi
ini. Pantai Kora-kora bak mutiara yang terpendam, tanpa ada yang mengetahui
kilau cahayanya. (abinenobm/tj-sk)
dipublikasikan SKH Swara Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar