Sungai Sawangan |
NAMA sungai yang melintas di Desa
Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minut, kini menjadi salah satu tempat
berarung jeram setelah sungai Nimanga di Desa Timbukar Sonder dan sungai Rano
Yapo di daerah Amurang Minsel. Namun, pengarungan sungai yangkerap dilakukan
oleh para penggiat alam yang ada di daerah ini tidak seperti di dua sungai
lainnya yang sudah dikomersilkan oleh para penjual jasa perjalanan bagi para
wisatawan.
Senin (2/9) lalu, penulis yang tergabung
dalam Tim Jelajah Swara Kita (TJ-SK) diundang oleh rekan-rekan dari Mahasiswa
Pecinta Alam Asthetica FBS UNIMA melakukan pengarungan dan merasakan jeram di
sungai Sawangan ini. Sekitar pukul 08.30 wita, tiba di lokasi yang menjadi
titik awal pengarungan dengan malakukan berbagai persipan dan mulai memompa
lima buah perahu karet dan di tempat ini sendiri rupanya sudah menunggu
rekan-rekan sekantor Bob Sumoked dedengkot MPA Aesthetica yang juga penasaran
ingin menjajal jeram sungai Sawangan.
Setelah melakukan brifing dan
menjelaskan segala prosedur keselamatan dalam berarung jeram, dengan komando
dayung maju dari Sumoked sebagai lider dan pemimpin pengarungan, satu persatu
perahu karet mulai melakukan pengarungan. Dimana tiap perahu diisi lima orang,
empat pendayung ditambah satu skiper atau juru mudi. Penulis sendiri kebetulan
ikut dengan perahu yang dikendalikan oleh Sumoked.
Begitu perahu bergerak maju, kami
langsung menghantam jeram. Dengan lantang dan sigap Sumoked memberi aba-aba
untuk mendayung membelah gemuruh suara jeram yang semakin menatang untuk
dulalui begitupun dengan keempat perahu lainnya.
Setelah berhasil melewati jeram pertama,
rupanya di depan masih menunggu jeram yang tak kalah ganasnya dan baru memasuki
lidah jeram, saya yang kebetulan bertugas sebagai stoper harus terpelanting
dari atas perahu karena kelengahan. Hanya dalam hitungan detik saya sudah
digulung dan diseret jeram, untung perahu kedua yang diawaki Harry dari Waraney
Adventure dengan sigap segera menolong.
Rupanya jeram di sungai Sawangan ini
terus berkesinambungan seakan-akan tidak putus, jadi begitu lengah bisa
berakibat faral dan bernasib sama dengan saya. Dan kalau boleh dikatakan
kehati-hatian dan kesigapan skiper sangat di utamakan ketika mengarungi sungai
ini karena jika tidak akan berakibat fatal yang tidak menutup kemungkinan
berujung maut.
Sungai Swangan sendiri masuk dalam kelas
IV, yakni beriam sangat cepat dengan hole dan bebatuan, tapi bisa diprediksi
kelakuannya. Dimana diperlukan pengendalian khusus terutama dalam pusaran air
serta manuver yang dilakukan sangat cepat dan penumpang harus siap di bawah
tekanan. Rupanya bukan hanya saya saja yang mersakan ucapan selamat datang dari
sungai Sawangan namun rekan-rekan yang lain juga ikut merasakan hempasan jeram
sungai ini.
Titik awal pengarungan sendiri dapat
dicapai dari arah Airmadidi atau dari Tondano dan akses serta angkutan umum
sudah tersedia. Tak hanya tantangan jeram sungai ini yang menarik namun
keindahan budaya kampung Sawangan juga tak kalah menariknya jika lokasi ini
kelak dijadikan tujuan wisata.
Terancam
NAMUN disisi lain, keindahan jeram
sungai Sawangan saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Pasalnya,
disepanjang aliran sungai utamanya di desa Kawangkoan Bawah berbatasan dengan
Desa Kuwil Kecamatan Kalawat ditemui sejumlah alat-alat berat yang sementara
melakukan penggalian atau yang lebih dikenal dengan galian C.
Dan jelas dampak kerusakan sudah mulai
terlihat saat ini, dimana jeram satu persatu mulai hilang karena alat-alat
berat terus menggali aliran sungai ini untuk mengambil batu dan pasir. Dan
menurut informasi aktifitas penambangan ini tidak mengantongi ijin dari
pemerintah setempat namun anehnya sampai saat ini aktifitas mereka masih tetap
berjalan tanpa ada usaha penghentian dari pemerintah.
Tak hanya batu, pasir dan jeram yang
mulai menghilang namun kehadiran pertambangan ini juga mengorbankan pohon-pohon
yang ada di lokasi penambangan. Nampak para penambang ini dengan seenaknya dan
tanpa beban menumbangkan pepohonan untuk melakukan penggalian atau membuka
lokasi baru ketika apa yang mereka cari mulai berkurang dan berpindah tempat.
Alhasil kami harus lebih banyak menepi
untuk melakukan scoting atau pengamatan jeram karena kondisi sungai yang terus
berubah-ubah akibat adanya penggalian ini. Bahkan di akhir pengarungan sebuah
buldoser semantara membendung separu aliran sungai untuk digali.
Lepas dari itu, sungai Sawangan sangat
potensial untuk dijadikan sebagai lokasi wisata arung jeram dengan nilai
adventure yung sangat kental dan masih nature dengan kondisi alam sepanjang bantaran
sungai ini. (abinenobm/tj-sk)
dipublikasikan SKH Swara Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar