awal

Laman

Minggu, 10 Juni 2012

Menyambut Pagi di Danau Tondano

Danau Tondano dengan pulau Likri

BERGERAK dari Sekretariat MPA Aesthetica, ditemani rekan-rekan dari organisasi pecinta alam dari FBS UNIMA, kami mulai berjalan membelah kabut pagi menuju danau Tondano meniti jalan setapak yang setiap hari dilalui petani, melewati hamparan kebun jagung dan hutan semak belukar.

Waktu menunjukkan pukul 05.30 Wita ketika kami sudah sampai dilokasi tujuan, Kampung Paleloan salah satu kampung dari sekian kampung ada di pinggir danau Tondano, setelah melewati wilayah kampung Tonsaru. Dari atas salah satu bukit di kapung ini, berlahan mentari pagi mulai muncul dari balik pegunungan Lembean yang tepat berada di depan kami, seberang danau.

Seiring munculnya mentari pagi, geliat kehidupan baru juga dimulai di seputaran danau. Nampak dengan jelas satu persatu perahu nelayan air tawar mulai mebelah teduhnya air danau untuk mengecek jaring, petani mulai melangkah lengkap dengan bekal dan alat tempur ke ladang masing-masing.

Puluhan rumah terapung milik warga yang membudidayakan ikan jenis tertentu dalam tambak mulai menaburkan makan kedalam jaring-jaring, memberi kesan keunikan tersendiri. Ibu-ibu rumah tangga melakukan aktifitas di pinggir danau, mencuci baju, alat-alat dapur hingga mandi. Sebuah rutinatas hidup yang indah kerena dilakoni secara alami dan bersahaja dengan alam.

Danau yang indah ini sudah sangat terkenal terletak 600 meter dari permukaan laut dengan dikelilingi daerah pegunungan yang rata-rata memiliki ketinggian 700 meter sehingga bentuknya menyerupai sarang burung, dengan luas 4.278 hektar, terletak kurang lebih 36 kilo meter dari kota Manado atau dapat ditempuh dengan kendaraan umum dengan waktu satu jam lebih.

Danau Tondano menyimpan aneka kekayaan baik dari segi alamnya maupun segi pariwisata. Danau ini juga adalah danau terluas di Sulut. Dengan diapit oleh pegunungan Lembean, gunung Kaweng, gunung Tampusu dan gunung Masarang. Danau ini dilingkari dengan jalan provinsi dan menghubungkan kota Tondano, Kecamatan Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Kakas, Kecamatan Remboken, dan Kecamatan Tondano Selatan. Danau ini merupakan danau penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, pior atau kabos, payangka wiko (udang kecil), nike dan lain-lain.

Terdapat pulau kecil bernama Likri letaknya di depan desa Tandengan kecamatan Eris. Konon danau ini terjadi karena letusan yang dahsyat karena ada kisah sepasang insan manusia yang berlainan jenis melanggar larangan orang tua untuk kawin dalam bahasa Minahasa “kaweng” dengan nekat lari ke hutan, akibat melanggar nasihat orang tua maka meletuslah kembaran gunung kaweng tersebut sehingga menjadi danau Tondano.

Nelayan di Danau Tondano
Danau Tondano mempunyai obyek wisata yang terkenal seperti "Sumaru Endo" Remboken, dan Resort Wisata Bukit Pinus. Dari tepian danau Tondano tepatnya Toliang Oki, kita dapat melintas puncak Bukit Lembean dan memandang keindahan Laut Maluku di sebelah timur, tepatnya kawasan Tondano Pante Kecamatan Kombi.

Walaupun demikian pemerintah setempat kurang memanfaatkan atau menggali potensi wisata ini dan sampai saat ini pengunjung hanya sebatas menikamati keindahan danau dengan cara survive dengan kata lain tanpa penyedian vasilitas penunjang atau mengolah lokasi-lokasi yang dianggap dapat menarik minat wisatawan.

Belum lagi, tidak adanya pusat-pusat informasi yang dapat memberikan penjelasan para wisatawan harus kemana jika ingin menyewa perahu, lokasi-lokasi yang dianggap stratrgis untuk menikmati alam danau dan sebagainya. Jadi para wisatawan hanya menggali informasi dari warga setempat untuk memperolah fasilitas tersebut.

Dibandingkan dengan dengan daerah lain pemerintah setempat betul-betul menggarap potensi wisata alam yang mereka miliki, seperti danau Toba yang dieksploritasi secara penuh baik dari segi wisata air hingga budaya diseputaran danau tersebut sehingga tak hanya pemerintah yang merasakan hasil dari pemasukan wisatawan namun warga setempat juga turut merasakan.

Para nelayan tak hanya menjalani rutinitas sehari-hari dengan mencari ikan, namun juga dapar menyewakan perahu mereka bagi wisatawan yang ingin berwisata air, tak para nelayan para petani juga seusai dari kebun tentu dapat mempertunjukkan kebudayaan baik dalam bentuk tari-tarian maupun musik. Jadi masih banyak yang bisa digali dari danau Tondano dan kedua contoh diatas hanya gambaran umum dan lasim saja. Olahraga jet ski air juga dapat dihadirkan ditempat ini bahkan melihat kondisi alam yang sangat menunjang olah raga outbond juga dapat dihadirkan sambil menikmati keindahan danau Tondano.

Terancam

NAMUN, disisi lain keindahan Danau Tondano beserta potensi yang tersimpan didalamnya terncam dengan pendangkalan. Akibat kerusakan lingkungan berupa penebangan liar di kawasan hulu serta perladangan di bantaran danau.

Perubahan itu dikhawatirkan menyebabkan danau kering. Padahal danau tersebut sangat vital sebagai sumber air sekaligus menjadi pusat pembangkit listrik utama yang memasok warga Manado dan sekitarnya.

Akibat pendangkalan, diperkirakan di lokasi terdalam hanya berkedalaman sekitar 15 meter, bahkan 20 meter dari tepi danau kedalaman air hanya sekitar lima meter. Padahal tahun 1934 silam kedalaman danau itu sekitar 40 meter-berarti dalam setahun terjadi pendangkalan sekitar 25-30 sentimeter. Bila kerusakan lingkungan tidak dihentikan, tidak sampai 50 tahun lagi danau ini kering, seperti nasib Danau Limboto di Provinsi Gorontalo.

Pihak BPLH Sulut menyebutkan, pendangkalan danau tersebut akibat kerusakan lingkungan, baik di sekitar danau maupun di bagian hulu. Penebangan liar di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) di 16 sungai di bagian hulu sulit sekali dihentikan. Penebangan liar ini yang mengikis kawasan hijau menjadi gundul.

Selain itu, eceng gondok dan jaring ikan atau keramba itu juga potensial karena unsur hara dalam makanan ikan tinggi sekali sehingga eceng gondok cepat berkembang. Seperti yang dapat dilihat saat ini, di sejumlah lokasi hamparan eceng gondok menutupi kawasan tepi danau. Selain itu, jaring-jaring tempat pembibitan dan budidaya ikan milik masyarakat setempat terlihat di sepanjang sisi danau.

Eceng gondok yang menutupi permukaan danau serta jaring ikan milik masyarakat ikut memberikan andil juga bagi pendangkalan danau tersebut. Banyaknya eceng gondok dan jaring ikan itu membuat tepi danau tidak gampang lagi untuk lokasi berenang.

Menatap teduhnya air danau Tondano diantara hambaran eceng gondok yang sampai saat ini tak juga terselesaikan. Berlahan matahari meninggi seiring terus menyebarnya tumbuhan gulma ini mengerogoto keindahan danau mengikuti arah angin, danau Tondano bagai wajah dara yang rintu sentuhan polesan agar aura kecantikannnya memancar.(abinenobm/tj-sk)

dipublikasikan SKH Swara Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dikunjungi