awal

Laman

Minggu, 10 Juni 2012

Pantai Kora-kora, Mutiara Yang Terpendam


Keindahan Patai Kora-kora
“Mo ke kora-kora ngoni ? Bae-bae ! Disana baru ada yang meninggal. ” Peringatakan ini selalu terlontar dari mulut warga ketika kami menayakan jalan menuju pantai tersebut.

Bahkan dengan tatapan penuh selidik dan dengan ragu menunjukkan arah menuju pantai Kora-kora, seakan-akan memberikan isyarat agar kami mengurungkan niat ke lokasi tersebut.

Yosua Noya rekan pecinta alam dari MPA Aesthetica FBS Unima turut juga meragukan niat kami ketika meminta informasi kedirinya seraya berpesan “Ndak usah mandi di sana sob,” imbaunya.

Peringatan tersebut kami anggap wajar mengingat semua media cetak di kota ini memberitakan bahwa 5 pemuda Langowan tewas tenggelam Kamis (31/7) lalu. Namun rupanya pemberitaan tersebut langsung dibantah oleh warga yang mendiami pantai Kora-kora.

“Kejadian tersebut bukan di sini (Patai kora-kora-red) tapi di pantai Parentek yang masih berjarak satu kilo dari sini,” jelas bapak Spenser seraya menyesalkan pemberitaan tersebut yang berakibat sepinya pengunjung ke lokasi ini.

Dengan menendarai roda dua saya dan Rusdianto ‘Boys’ memacu kendaraan 125 cc ini dari Manado menuju ke pantai Kora-kora yang berada di wilayah Kecamatan Lembean Timur, Minahasa. Dengan setia, terik matahari menemani melewati jalan menuju pantai pasir putih ini yang dihiasi dengan tikungan dan tanjakan ditambah lagi dengan sepitnya jalan dan lubang-lubang.

Namun keletihan sirna ketika sampai dilokasi pantai ini, pasalnya keindahan pantai ini sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Bahkan menurut saya, Kora-kora jauh lebih indah dari pantai lain termasuk pantai Kuta di Bali jika betul-betul di garap menjadi lokasi wisata.

Senyum penuh persahabatn, serta sikap ramah yang ditunjukkan bapak Spenser dan ibu Keke menyambut kedatangan kami di rumah panggung meyerupai resort.

“Kami hanya penjaga disini, sedangkan yang punya tanah dan rumah ini ada di Jakarta,” jelas keduanya.

Menurutnya rumah megah dari kayu tersebut bukanlah resort seperti sangkaan kami namun rumah pribadi milik majikan mereka, begitupun satu unit rumah permanen yang tak jauh dari lokasi tersebut yang katanya milik seorang pejabat pemerintah di daerah ini. “Sepanjang pantai Kora-kora ini so ada yang punya semua dan rata-rata pejabat,” jelas Spenser seraya mengatakan rumah majikannnya kerap dijadikan lokasi suatu acara santai bagi pejabat pemerintahan.

Mungkin dengan alasan ini sehingga lokasi nan indah ini tidak pernah menjadi bagian dari pemerintah untuk menjadikannya lokasi wisata, karena lokasi-lokasi yang strategis untuk dijadikan lokasi wisata sudah milik pribadi-pribadi.

Namun terlepas dari masalah tersebut, pantai Kora-kora adalah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih di sepanjang pinggiran pantai membuat anda sulit untuk melupakan tempat ini, bahkan mungkin anda tidak akan pernah membayangkan jika selama ini Kora-kora jauh lebih menajupkan dari pantai yang pernah anda kunjungi. Apalagi untuk dikunjungi bila ingin menikmati suasana lain di pesisir pantai Timur Minahasa.

Didisamping itu pantai ini mempunyai nilai sejarah antara lain sebagai tempat berlabuhnya penginjil Ridel dan Schwarz pembawa misi agama Kristen yang pertama di Minahasa, bahkan disepanjang pantai masih berdiri kokoh bangker-bangker pertahanan Belanda.

Menurut informasi nama Kora-kora diambil dari kapal perang milik Belanda yang tenggelam di laut tersebut ketika masih terjadi pergolakan.

Sayang lokasi ini belum terlalu dikenal, hal ini ditandai dengan masih dapat dihitung wisatawan yang datang kelokasi ini. Pantai Kora-kora bak mutiara yang terpendam, tanpa ada yang mengetahui kilau cahayanya. (abinenobm/tj-sk)

dipublikasikan SKH Swara Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dikunjungi