awal

Laman

Minggu, 10 Juni 2012

Uji Nyali di Jeram Sungai Sawangan


Sungai Sawangan
NAMA sungai yang melintas di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minut, kini menjadi salah satu tempat berarung jeram setelah sungai Nimanga di Desa Timbukar Sonder dan sungai Rano Yapo di daerah Amurang Minsel. Namun, pengarungan sungai yangkerap dilakukan oleh para penggiat alam yang ada di daerah ini tidak seperti di dua sungai lainnya yang sudah dikomersilkan oleh para penjual jasa perjalanan bagi para wisatawan.

Senin (2/9) lalu, penulis yang tergabung dalam Tim Jelajah Swara Kita (TJ-SK) diundang oleh rekan-rekan dari Mahasiswa Pecinta Alam Asthetica FBS UNIMA melakukan pengarungan dan merasakan jeram di sungai Sawangan ini. Sekitar pukul 08.30 wita, tiba di lokasi yang menjadi titik awal pengarungan dengan malakukan berbagai persipan dan mulai memompa lima buah perahu karet dan di tempat ini sendiri rupanya sudah menunggu rekan-rekan sekantor Bob Sumoked dedengkot MPA Aesthetica yang juga penasaran ingin menjajal jeram sungai Sawangan.

Setelah melakukan brifing dan menjelaskan segala prosedur keselamatan dalam berarung jeram, dengan komando dayung maju dari Sumoked sebagai lider dan pemimpin pengarungan, satu persatu perahu karet mulai melakukan pengarungan. Dimana tiap perahu diisi lima orang, empat pendayung ditambah satu skiper atau juru mudi. Penulis sendiri kebetulan ikut dengan perahu yang dikendalikan oleh Sumoked.

Begitu perahu bergerak maju, kami langsung menghantam jeram. Dengan lantang dan sigap Sumoked memberi aba-aba untuk mendayung membelah gemuruh suara jeram yang semakin menatang untuk dulalui begitupun dengan keempat perahu lainnya.

Setelah berhasil melewati jeram pertama, rupanya di depan masih menunggu jeram yang tak kalah ganasnya dan baru memasuki lidah jeram, saya yang kebetulan bertugas sebagai stoper harus terpelanting dari atas perahu karena kelengahan. Hanya dalam hitungan detik saya sudah digulung dan diseret jeram, untung perahu kedua yang diawaki Harry dari Waraney Adventure dengan sigap segera menolong.

Rupanya jeram di sungai Sawangan ini terus berkesinambungan seakan-akan tidak putus, jadi begitu lengah bisa berakibat faral dan bernasib sama dengan saya. Dan kalau boleh dikatakan kehati-hatian dan kesigapan skiper sangat di utamakan ketika mengarungi sungai ini karena jika tidak akan berakibat fatal yang tidak menutup kemungkinan berujung maut.

Sungai Swangan sendiri masuk dalam kelas IV, yakni beriam sangat cepat dengan hole dan bebatuan, tapi bisa diprediksi kelakuannya. Dimana diperlukan pengendalian khusus terutama dalam pusaran air serta manuver yang dilakukan sangat cepat dan penumpang harus siap di bawah tekanan. Rupanya bukan hanya saya saja yang mersakan ucapan selamat datang dari sungai Sawangan namun rekan-rekan yang lain juga ikut merasakan hempasan jeram sungai ini.

Titik awal pengarungan sendiri dapat dicapai dari arah Airmadidi atau dari Tondano dan akses serta angkutan umum sudah tersedia. Tak hanya tantangan jeram sungai ini yang menarik namun keindahan budaya kampung Sawangan juga tak kalah menariknya jika lokasi ini kelak dijadikan tujuan wisata.

Terancam

NAMUN disisi lain, keindahan jeram sungai Sawangan saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Pasalnya, disepanjang aliran sungai utamanya di desa Kawangkoan Bawah berbatasan dengan Desa Kuwil Kecamatan Kalawat ditemui sejumlah alat-alat berat yang sementara melakukan penggalian atau yang lebih dikenal dengan galian C.

Dan jelas dampak kerusakan sudah mulai terlihat saat ini, dimana jeram satu persatu mulai hilang karena alat-alat berat terus menggali aliran sungai ini untuk mengambil batu dan pasir. Dan menurut informasi aktifitas penambangan ini tidak mengantongi ijin dari pemerintah setempat namun anehnya sampai saat ini aktifitas mereka masih tetap berjalan tanpa ada usaha penghentian dari pemerintah.

Tak hanya batu, pasir dan jeram yang mulai menghilang namun kehadiran pertambangan ini juga mengorbankan pohon-pohon yang ada di lokasi penambangan. Nampak para penambang ini dengan seenaknya dan tanpa beban menumbangkan pepohonan untuk melakukan penggalian atau membuka lokasi baru ketika apa yang mereka cari mulai berkurang dan berpindah tempat.

Alhasil kami harus lebih banyak menepi untuk melakukan scoting atau pengamatan jeram karena kondisi sungai yang terus berubah-ubah akibat adanya penggalian ini. Bahkan di akhir pengarungan sebuah buldoser semantara membendung separu aliran sungai untuk digali.

Lepas dari itu, sungai Sawangan sangat potensial untuk dijadikan sebagai lokasi wisata arung jeram dengan nilai adventure yung sangat kental dan masih nature dengan kondisi alam sepanjang bantaran sungai ini. (abinenobm/tj-sk)

dipublikasikan SKH Swara Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dikunjungi